|
Mengenal Hum, auman terompet sangkakala di langit dunia (foto : doubtfulnews) |
CALIFORNIA - Suara mirip auman sangkakala, yang melanda beberapa negara di dunia, sebenarnya telah lama terjadi. Fenomena itu diketahui terjadi sejak 1970-an dan dikenal dengan nama Hum.
Hum, menurut para ilmuwan terjadi sejak periode 1970 hingga 1980-an di Britania Raya dan negara lainnya seperti Selandia Baru. Hal tersebut terungkap ketika banyak penduduk merasakan dan mulai berani melaporkan kejadian tersebut.
Hum sendiri, menurut Wikipedia didefinisikan sebagai rentetan fenomena yang melibatkan suara dengungan berfrekuensi rendah dan tidak dapat didengar oleh semua orang.
Bukan hanya di Selandia Baru, suara mirip auman sangkakala (Hum) juga dilaporkan terjadi di beberapa tempat lainnya seperti Taos, beberapa wilayah Eropa dan Amerika Utara.
Belakangan fenomena ini kembali mencuat tepatnya pada 2008 di Belarusia. Berlanjut kemudian pada 2011, hingga 2013. Salah satu saksi mata kejadian itu bernama Kimberley Wookey. Dirinya kemudian mengunggah kejadian tersebut melalui YouTube pada 2013.
Ilustrasi sumber suara Terompet Sangkakala (foto: NASA)
Suara misterius atau yang ramai di perbincangkan sosial media dengan sebutan
‘terompet sangkalala’, menjadi teka-teki para ilmuwan untuk mencari tahu
kebenaran fenomena alam tersebut.
Berbagai versi bermunculan terkait suara misterius tersebut, terhadap penelitian yang sudah dilakukan para ilmuwan sejak 1990-an itu. Apa yang membuat suara tersebut begitu menghebohkan masyarakat dunia, terutama negara-negara yang merasakan langsung seperti Jerman, Amerika, Australia, Ukraina, dan Kanada.
Ilmuwan dari Center National de la Recherche Scientifique Ilmuwan pun menjawabnya alasan dibalik dengung misterius yang dihasilkan Bumi. Dilansir Independent, pada era 1990-an, ilmuwan menemukan bahwa dunia mengeluarkan getaran secara berkelanjutan dalam frekuensi yang sangat rendah. Bahkan, getaran ini terdeteksi walau tidak terjadi aktivitas gempa bumi.
Ilmuwan Fabrice Ardhuin dari Center National de la Recherche Scientifique menjawab dengan berhasil menemukan sumber suara tersebut dan apa penyebabnya. Menurutnya, suara yang disebut dengan The Hum itu terjadi akibat dari aktivitas mikroseismik pada gelombang lautan yang menghantam dasar laut. Hantaman yang berlangsung dalam jangka lama dan konsisten itulah yang menghasilkan suara gemuruh.
Ilmuwan menyebut getaran tersebut dengan nama aktivitas microseismic, yang umumnya terlalu lemah bagi manusia untuk mendeteksinya. Teori sebelumnya memasukkan radiasi elektromagnetik, aktivitas militer rahasia dan komunikasi kapal selam.
Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa getaran yang paling mungkin ialah akibat gelombang laut. Menggunakan model komputer yang menunjukkan laut, angin dan dasar laut, tim ilmuwan yang dipimpin Oceanographer Fabrice Ardhuin menemukan bahwa gelombang laut bisa menghasilkan gelombang seismik mini saat mereka bertabrakan.
Gelombang laut yang lambat bisa menghasilkan gelombang seismik dengan frekuensi 13 sampai 300 detik. Sebagian besar suara misterius yang menyerupai lonceng ini berasal dari gelombang yang panjang.
"Saya pikir hasil penelitian kami merupakan langkah penting dalam transformasi suara misterius ke dalam sinyal yang bisa dipahami," tutur peneliti senior, Fabrice Ardhuin. Ia mengatakan, pemahaman yang baik mengenai dengung ini memungkinkan untuk menciptakan peta yang lebih komprehensif dari interior Bumi.
Gelombang seismik menembus jauh ke dalam mantel Bumi dan bahkan dapat menembus bagian dalam dari inti Bumi. Analisis ini juga membantu ilmuwan membuat gambar lebih komprehensif terkait struktur planet Bumi.
Penjelasan Imuwan di balik auman "terompet sangkakala" (foto : NASA)
Banyak spekulasi bermunculan mencoba memecahkan misteri dibalik dengungan suara yang kerap disebut sebagai terompet sangkakala tersebut. Dari yang berbau mistis hingga ilmiah. Namun sebenarnya apa penyebab dibalik bunyi suara misterius ini?
Penjelasan rasional lainnya coba disajikan oleh profesor fisika Universitas Saskatchewan, Jean-Pierre St Maurice. Dirinya menjelaskan kepada CTV, suara tersebut merupakan gelombang elektromagnetik yang terpancar dari fenomena alam aurora dan sabuk radiasi.
Geosaintis dari Universitas Oklahoma, David Deming, mengatakan hal ini merupakan kejadian yang pernah terjadi sebelumnya dan dikenal dengan nama The Hum. Menurutnya, suara misterius itu memang tidak bisa dilacak, serta terdengar secara terbatas di beberapa wilayah saja. “Kira-kira hanya 2-10 persen total populasi saja yang bisa mendengarnya,” ucap David seperti dikutip dari Dailymail, Rabu (27/5/2015).
Fenomena The Hum, lanjutnya, pernah dimuat dalam Journal of Scientific Exploration. Dijelaskan bahwa suara tersebut berasal dari transmisi telefon dan pesawat udara yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika, untuk tujuan komunikasi kapal selam.
Sedangkan menurut NASA, Bumi memiliki emisi radio alami yang lazim terjadi disekitar kita. Lembaga antariksa ini mengandaikan, jika manusia memiliki antena (bukan telinga) yang bisa menangkap sinyal di tubuhnya, maka seseorang akan dapat menangkap suara-suara aneh seperti simfoni yang terdengar luar biasa, berasal dari planet kita sendiri. “Para ilmuwan menyebutnya sebagai "tweeks","whistlers" dan "sferics,” ucap NASA.
Emisi radio alami Bumi, sambung NASA, adalah satu hal yang nyata, hanya saja sebagian besar orang jarang menyadari keberadaannya, tetapi itu terjadi sepanjang waktu di sekitar kita.
“Misalnya saja petir, dapat menghasilkan emisi radio alami (gemuruh) yang terdengar menakutkan,” NASA menambahkan.
Demikian juga dengan gempa Bumi, fenomena tersebut dapat menghasilkan sub suara (emisi radio alami) yang tak kalah menakutkan. Demikian penjelasan lainnya oleh ahli gempa dari Southern Methodist University, Brian W Stump, yang berasal dari Dallas, Amerika Serikat.
No comments:
Post a Comment